Senin, 20 Juli 2015

Trilogi Pemotretan

Untuk menghasilkan intensitas cahaya yang tepat dalam menghasilkan gambar, digunakan bantuan alat ukur berupa lightmeter. Setelah mendapat ukuran pencahayaan yang tepat dari lightmeter, seorang fotografer bisa mengatur intensitas cahaya tersebut dengan mengubah kombinasi ISO/ASA (ISO Speed), diafragma (Aperture), dan kecepatan rana (speed)

Light Meter
Sebagai tolak ukur/alat ukur tingkat besarnya atau kecilnya intensitas cahaya yang masuk ke dalam kamera. Untuk mengaktifkan lightmeter pada kamera kita harus menekan tombol shutter 1/2 (setengah) tekan.


Light meter pada View Finder Kamera

Light meter pada LCD Kamera
Indikator Light Meter
(0) Cahaya  Normal; (+) Cahaya  Over; (-) Cahaya Under



1. ISO

Menentukan tingkat sensitivitas sensor terhadap cahaya sehingga semakin tinggi nilai ISO maka sensor akan semakin peka terhadap cahaya meski dengan resiko meningkatnya noise pada foto. Faktor ISO ini menjadi pelengkap komponen eksposure selain shutter dan aperture, terutama saat kombinasi shutter dan aperture belum berhasil mendapatkan nilai eksposure yang tepat.

Intinya :
semakin besar ISO semakin besar cahaya masuk 
semakin kecil ISO semakin kecil cahaya masuk 

Pengaturan ISO Kamera
Bintik merah resiko noise apabila keadaan gelap yang di paksakan


2. Shutter Speed

Mengatur kecepatan Tirai Rana pada kamera. Shutter speed ini lah yang menyebabkan foto freezing atau pun shaking(goyang) tergantung dari pengaturan fotografer itu sendiri.


Intinya : 

Semakin tinggi speed semakin sedikit cahaya masuk

Semakin rendah speed semakin banyak cahaya masuk 



Speed miror rana dapat di gambarkan seperti pintu air bendungan. Semakin lama dibukanya pintu bendungan, semakin banyak air yang masuk. Semakin sebentar pintu air di buka semakin sedikit air yang masuk. Dalam fotografi semakin lama tirai rana membuka, semakin banyak cahaya masuk dan sebaliknya semakin cepat speed rana membuka semakin sedikit cahaya yang masuk. Speed rendah biasa di gunakan saat pengambilan gambar minim cahaya seperti di malam hari sementara speed normal seperti 1/60 atau 1/125 di gunakan di tempat yang cukup cahaya



Contoh foto karena pengaturan speed :


Low Speed (exposure time 25 sec.)

High Speed (exposure time 1/250)

3. Aperture (diafragma)

Diafragma terletak pada lensa, mengatur bukaan pada lensa kamera, diafragma ini lah yang menyebabkan foto blur, fokus dan ketajaman gambar yang di hasilkan.

intinya : 
Semakin besar bukaan diafragma (f/1.8) semakin banyak cahaya masuk. Hasil gambar fokus pada titik tertentu dan blur pada background
Semakin kecil bukaan diafragma (f/22) semakin sedikit cahaya masuk. Hasil gambar fokus merata pada seluruh frame

Contoh foto karena pengaturan diafragma :


Bukaan Besar, Ruang tajam Sempit f/5.6



Bukaan Kecil, Ruang tajam Luas f/13




Anatomi Kamera




0. Fokus Lensa
Ada kalanya autofocus tidak bekerja secara maksimal maka MF adalah solusi kebutuhan memotret anda, jika dalam mode MF maka kita perlu memutar secara manual lensa untuk mendapatkan focus yang tajam.

1. Zoom Lensa
Pada lensa dimana zoom bisa diatur secara manual sesuai kebutuhan untuk menentukan komposisi dan crop gambar tanpa edit dan tidak mengurangi secara signifikan size/kualitas gambar seperti dari kamera digital.

2. Tombol lensa
Tombol ini fungsinya sebagai pengunci lensa dengan bodi DSLR


3. Stabilizer
Biasanya terdapat pada lensa-lensa yang ada auto fokusnya fungsinya untuk mengurangi dampak shaking dalam pemotretan

4. AF/MF Mode focus lensa
Tombol yang digunakan untuk menentukan mode lensa auto focus AF atau manual focus MF

5. Tombol Flash
Digunakan untuk mengaktifkan flash pada Kamera

6. Thumb-wheel
Ini merupakan tombol modus pemotretan, jangan lupa sebelum memutar pilihan thumb-wheel tengahnya di tekan agar bisa berputar. Biasanya saya hanya memakai 2 jenis mode dalam fitur ini manual dan semi auto di antaranya :

a. M, mengatur seluruh fungsi menu dan option kamera secara manual paling cocok untuk mengimajinasikan output foto dengan setting tehnik2 fotografi.

b. TV, kita hanya mengatur speed sementara diafragma auto agar cahaya masuk pas untuk menghasilkan foto.

Kenapa hanya 2 mode yang di gunakan? Karena keseringan full auto tidak memberikan hasil dari yang kita harapkan, dan membuat kita tidak paham akan seni fotografi karena hasil di tentukan computer/system kamera

7. Built in Flash llight
Lampu flash internal, cukup untuk penerangan tapi hanya bisa menghadap satu arah. Bagi yang baru belajar fotografi cukup menggunakan menggunakan flash internal, agar cahaya tampak tetap natural bisa di zoom lensa menjauhkan objek dengan kamera/di setting dari menu flazz untuk intensitasnya.

8. Anti red Eye
Penangkal mata terlihat merah saat menggunakan lampu flash.

9. Focal length
Adalah keterangan angka jarak zoom lensa kamera
Contoh : lensa wide pada gambar 10-18mm

10. Grip
Pegangan body kamera

11. Shutter button
Tombol untuk mengambil foto, tekan ½ untuk mendapatkan kedipan titik focus dan ukuran cahaya pada lightmeter kamera sebelum menekan penuh untuk mengabil foto

12. Dial
Tombol dial digunakan untuk mengatur kecepatan rana (shutter speed)




13. Strap Kamera
Tali untuk menggantungkan kamera

14. Hot shoe
Tempat/connector Body DSLR dengan flash/trigger

15. AF
Mengganti mode auto focus kamera + dial

a. One shoot, di gunakan untuk memotret objek diam dengan menekan ½ tombol shutter maka titik focus akan berkedip dan mengelurkan bunyi beep jika objek berpidah focus tetap pada lokasi semula objek.

b. AI Focus, di gunakan untuk memotret objek bergerak menekan ½ tombol shutter sambil mengikuti arah objek bergerak maka focus akan secara otomatis mengikuti objek


c. AI Servo, system kamera akan secara otomatis menentukan mode oneshoot/ai focus

16. Drive
Untuk mengganti mode single/continous/timer/remote pengambilan gambar saat menekan shutter + dial.

17. ISO
untuk mengganti mode ISO speed + dial.

18. AF Point
Untuk merubah auto focus point + Dial

a. Evaluative metering
Ini adalah mode metering default yang bisa digunakan untuk serangkaian luas pemandangan dari gambar. Pengukuran yang dilakukan di sekitar titik AF dalam mode ini, diseimbangkan dengan baik untuk seluruh gambar.


b. Partial metering
Mengukur kecerahan area yang diindikasikan dalam warna abu-abu, mode ini melakukan pengukuran pada area yang relatif kecil. Ini juga dapat digunakan apabila Anda mengambil bidikan potret close-up.



c. Spot metering
Hanya mengukur kecerahan lingkaran abu-abu yang kecil. Mode ini juga praktis apabila Anda ingin mengukur hanya kecerahan wajah subjek, misalnya, ketika tidak ada cahaya latar yang kuat.



d. Center Weighted-average
Melalui pola pengukuran sebagian yang serupa, kamera juga bereaksi terhadap cahaya sekitar dalam mode ini. Kamera menawarkan pengukuran yang seimbang dengan baik untuk seluruh gambar, dengan menekankan pada pencahayaan di bagian tengah.




20. LCD Panel
Layar kecil menampilkan pengaturan kamera untuk menghemat baterai dari tampilan LCD utama

21. Dioptric adjustment
Untuk mengatur +/- lensa kamera pada mata user/fotografer jika fotografer memiliki kelainan mata/berkacamata.




22. Playback
Untuk melihat hasil gambar/video yang telah di ambil

23. Unlock
Untuk mengunlock dial diafragma pada pilihan setting menu

24. Multicontroller
Tombol navigasi kamera

25. Quick Control
Untuk mengubah pengaturan secara cepat di yang tampil di LCD kamera

26. Info
Untuk menampilkan info pada LCD pengaturan/foto

27. Menu
Untuk menampilkan option menu setting kamera

28. AF point selectionUntuk menentukan titik autofocus pada kamera

29. AE lock
Auto exposure Lock, dalam mode auto kamera akan mengunci settingan exposure cahaya(iso,speed,diafragma) dengan menahan tombil AElock dan tidak akan berubah walaupun shutter di tekan ulang setengah

30. AF on
Autofocus on, dalam mode autofocus lensa akan mengunci posisi focus tepat di lokasi objek dan tidak akan berubah walaupun shutter di tekan ulang setengah

31. Live view shooting
Untuk menampilkan mode live ke LCD saat pemotretan/dial dalam shoot video

32. Viewfinder
Jendela untuk melihat gambar dari kamera

33. Erase Button
Tombol hapus file foto/video saat preview foto

34. LCD
Layar display/preview foto/video/setting kamera

Sejarah Fotografi


Abad ke-5 Sebelum Masehi (SM)  Pengetahuan mengenai konsep dasar cara kerja kamera di temukan oleh filsuf China Mo Ti. Dia mengamati sinar matahari yang masuk melalui sebuah lubang kecil kedalam kamar gelap yang terpantul pada benda tertentu dapat merefleksikan bayangan keadaan di luar kamar secara terbalik.



Selang beberapa abad kemudian, pada abad ke-3 SM, Aristoteles (bapak ilmu pengetahuan) filsuf Yunani mencoba menjabarkan fenomena pinhole tadi Aristoteles merentangkan kulit yang diberi lubang kecil, lalu digelar di atas tanah dan memberinya jarak untuk menangkap bayanga matahari. Dalam eksperimennya itu, cahaya dapat menembus dan memantul di atas tanah sehingga gerhana matahari dapat diamati. Khalayak pun dibuat terperangah.


Selanjutnya, pada abad ke-10 Masehi, seorang ilmuwan muslim asal Irak yang bernama Ibnu Al-Haitham juga menemukan prinsip kerja kamera seperti yang ditemukan Mo Ti. Haitham bersama muridnya, Kamal ad-Din, untuk pertama kali memperkenalkan fenomena obscura kepada orang-orang di sekelilingnya. pada abad ke-11 M, orang-orang Arab sudah memakainya sebagai hiburan dengan menjadikan tenda mereka sebagai kamera obscura. Obscura sendiri di artikan sebagai ruang gelap.


Abad ke-17 Pelukis-pelukis di Eropa, membuat sebuah alat yang dapat memudahkan mereka untuk mengamati model atau objek dengan tenang dan cermat berdasarkan prinsip camera obscura. Alat tersebut bernama heliograph. Meski alat ini tersebar luas, belum ada gagasan untuk mengabadikan citra yang tertangkap dalam camera obscura.


Foto temuan Niepce
Foto temuan Louis
Tahun 1826  Louis Jaques Mande Daguerre. Seorang dekorator panggung asal perancis, berusaha mengembangkan temuan Niepce seorang seniman lithography (metode percetakan). Pengembangannya itu dia terapkan kedalam obsucra. Louis Merupakan orang pertama yang membuat foto yang sebenarnya  sebuah gambar permanen pada lembaran plat tembaga perak yang dilapisi larutan iodin yang disinari selama satu setengah jam cahaya langsung dengan pemanas merkuri (neon). Proses ini disebut  daguerreotype. Untuk membuat gambar permanen, pelat dicuci larutan garam  dan asir suling.



1886 George Eastman, seorang berkebangsaan Amerika Serikat. Menciptakan kamera yang terpasang rol film di dalamnya ( pada 1889 beralih ke rol seluloid) sebagai media penyimpan gambar pengganti pelat atau logam. Untuk mengambil gambar, orang hanya perlu menekan tombol kamera sekali. Kamera ini di sebut Kodak.



1900 Perusahaan George Eastman, Kodak. Memperkenalkan kamera terbaru nya. Bagian belakang kamera ini dapat dilepas untuk memasang rol film. Kamera bernama Brownie ini, dinilai sebagai titik tolak hobi fotografi karena laku keras di pasaran. Selanjutnya, Kodak menjadi perusahaan penjual dan pengembang pertama di dunia. Inilah terobosan kedua dari Kodak.


1913 Melihat Kodak sukses, perusahaan kamera asal Jerman, Leica, menciptakan kamera dengan rol film 35mm pertama di dunia. Namun Leica baru menjual ke khalayak sebelas tahun kemudian. Bentuknya lebih kecil dari pada Brownie. Sambutan khalayak sangat bersahabat. Kamera ini terjual hingga keluar Jerman



1947 Terobosan bentuk dan teknologi baru kamera kembali terjadi, untuk kali pertama sebuah kamera dapat langsung mencetak foto. Kamera ini disebut Land Camera. Nama ini diambil dari penciptanya, Dr. Edwin Land. Tak seperti kamera umum nya yang menggunakan rol film, kamera ini menggunakan film khusus yang di sebut polaroid. Film ini emungkinkan kamera bisa mencetak foto beberapa detik setelah pemotretan. Kelak, kamera ini lebih di kenal dengan nama Polaroid.


Hasil kamera lomo


1970 Kamera "Mainan" atau kamera Diana muncul. kamera ini terbuat sepenuhnya dari plastik khusus yang ringan, bukan plastik kamera pada umumnya. bentuk nya mini, sehingga dapat di genggam. Kamera ini adalah kamera khusus yang di pakai dalam lomografi (Leningradskoye Optiko Mechanichesckoye Obyedinenie) nama pabrik lensa, bagian dari fotografi yang menggunakan kamera analog untuk pemotretan tertentu.



1975 Kamera digital pertama, di ciptakan oleh Steven Sasson, teknisi Kodak. Bobotnya 3,6 kilogram dan hanya mampu menghasilkan foto hitam-putih. Kamera ini belum menjawab kebutuhan NASA, namun menjadi awal teknologi kamera digital. Meskipun teknologi digitalnya belum sempurna, Sony tercatat sebagai pemasar pertamanya melalui produk Mavica Sebagian orang menilai, kamera ini hanyalah modifikasi dari kamera video.



1990 Perkembangan teknolgi kamera digital kian cepat, banyak orang menganggap periode ini sebagai awal kemunculan kamera digital sebenarnya. Kodak memperkenalkan kamera digital pertamanya, Digital Camera System (DCS 100). Kamera ini tidak memerlukan rol film untuk menangkap objek. Alat pengganti rol film ini disebut dengan Charge Coupled Device (CCD). Kodak kembali memberi terobosan bagi perkembangan teknologi kamera.



2000 Era kamera rol film atau analog memudar, kamera digital bermunculan. bahkan di cangkokkan kedalam telepon genggam. Dengan kamera digital, orang tak perlu mengeker ke lubang kecil yang terdapat di bagian belakang kamera seperti saat menggunakan kamera analog. Penggantinya adalah sebuah layar berukuran kecil yang berfungsi untuk melihat objek yang akan di potret. Sekarang kamera digital tak cuma bisa mengambiil foto, dia juga dapat merekam citra dalam format video.